PENDAHULUAN
Seperti biasanya, Qomaruddin memberikan pengajaran di mimbar. “Kebenaran,” ujarnya “adalah
sesuatu yang berharga. Bukan hanya secara spiritual, tetapi juga memiliki harga
material.”
Seorang
murid bertanya, “Tapi mengapa kita harus membayar untuk sebuah kebenaran?
Kadang – kadang mahal pula?”
“Kalau
engkau perhatikan,” sahut Qomaruddin, “Harga sesuatu itu dipengaruhi juga oleh
kelangkaannya. Makin langka sesuatu itu, makin mahallah ia.”
Kata "filsafat"
berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein
artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia
kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan
kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar
atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang
sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.
Dari arti di atas, kita
kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu,
meskipun bukan ilmu vang biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan
mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide dasar
(keyakinan, asumsi dan konsep) yang tidak dapat dipecahkan dengan ilmu empiris.
Kebenaran dalam filsafat ilmu adalah "kebenaran akal. Akan tetapi,
meskipun filsafat mencari kebenaran dengan akal, hasil yang diperoleh
bermacam-macam.
HAKIKAT MANUSIA
Ada beberapa pernyataan
mengenai manusia yang dapat digolongkan sebagai bernilai filsafati, seperti :
·
Aristoteles yang menganggap manusia
adalah animal rationale, karena, menurutnya, ada tahap
perkembangan :
Benda mati -> tumbuhan -> binatang ->
manusia
Tumbuhan = benda mati + hidup ----> tumbuhan
memiliki jiwa hidup
Binatang = benda mati + hidup + perasaan
----> binatang memiliki jiwa perasaan
Manusia = benda mati + hidup + akal ---->
manusia memiliki jiwa rasional
Gambar 1. Perkembangan
Manusia
Disamping itu, Aristoteles
juga menyatakan bahwa manusia adalah zoon poolitikon atau
makhluk social dan "makhluk hylemorfik", terdiri
atas materi dan bentuk-bentuk.
·
Ernest Cassirer
berpendapat bahwa manusia adalah animal simbolikum, yaitu
ialah binatang yang mengenal simbol, misalnya
adat-istiadat, kepercayaan, bahasa. Inilah kelebihan manusia jika dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Itulah sebabnya manusia dapat mengembangkan dirinya
jauh lebih hebat daripada binatang yang hanya mengenal tanda dan bukan simbol.
·
Islam
memandang manusia sebagai khalifatullah, yakni khalifah Allah. Ketika
kata khalifah digunakan untuk manusia, kata ini mempunyai arti yang netral.
Maksudnya bisa untuk kebaikan dan bisa pula untuk keburukan.
Manusia adalah khalifah dari Allah dan Allah adalah puncak segala kebaikan dan kesempurnaan. Dengan demikian manusia adalah titisan dari kebaikan dan kesempurnaan-Nya. Jadi manusia berkedudukan sebagai wakil atau pengganti Allah di muka bumi. Yaitu manusia yang mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengubah alam. Manusia yang sedikit banyak mengetahui rahasia alam.
Manusia adalah khalifah dari Allah dan Allah adalah puncak segala kebaikan dan kesempurnaan. Dengan demikian manusia adalah titisan dari kebaikan dan kesempurnaan-Nya. Jadi manusia berkedudukan sebagai wakil atau pengganti Allah di muka bumi. Yaitu manusia yang mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengubah alam. Manusia yang sedikit banyak mengetahui rahasia alam.
Jika seseorang bertanya
mengenai apa hakikat manusia itu, maka jawabannya akan berupa suatu
"filsafat". Dalam hal ini yang dikemukakan bukan lagi susunan
tubuhnya, kebudayaannya dan hubungannya dengan sesama manusia, akan tetapi hakikat manusia yang ada di balik tubuh, kebudayaan dan hubungan tadi.
Alm. Anton Bakker, dosen Fakultas Filsafat
Universitas Gajah Mada menggunakan istilah "antropologi metafisik"
untuk memberi nama kepada macam filsafat ini. Jawaban yang dikemukan
bermacam-macam antara lain:
·
Monisme, yang berpendapat manusia
terdiri dari satu asas. Jenis asas ini juga bermacam-macam, misalnya jiwa,
materi, atom, dan sebagainya. Hal ini menimbulkan aliran spiritualisme,
materialisme, atomisme.
·
Dualisme, yang mengajarkan bahwa manusia
terdiri atas dua asas yang masing-masing tidak berhubungan satu sama lain,
misalnya jiwa-raga. Antara jiwa dan raga tidak terdapat hubungan.
·
Triadisme, yang mengajarkan bahwa
manusia terdiri atas tiga asas, misalnya badan, jiwa dan roh.
·
Pluralisme, yang mengajarkan bahwa
manusia terdiri dari banyak asas, misalnya api, udara, air dan tanah.
Pendapat
lain menyatakan bahwa, untuk mengetahui apa hakikat manusia itu, dapat dilihat
dari dua hal berikut, yaitu kesadaran diri dan kesadaran universal.
Kesadaran
Diri. Esensi atau hakikat manusia adalah substansi
immaterial yang berdiri sendiri, bersifat illahi (berasal dari alam amr), tidak
bertempat di dalam badan, bersifat sederhana, mempunyai kemampuan mengetahui
dan menggerakkan badan, diciptakan (tidak kadim) dan bersifat kekal pada
dirinya. Ia berusaha menunjukkan bahwa kesadaran jiwa dan sifat-sifat dasarnya
tidak dapat diperoleh melalui akalnya saja, tetapi dengan akal dan sara' .
Kesadaran Universal. Tubuh adalah susunan inti materi yang setiap saat berubah dan berganti. Terbatasnya kesadaran bahwa badan bukan lagi sekedar tangan, kaki, kepala. Akan tetapi berubah meluas menjadi kesadaran universal, yaitu kesadaran yang tidak ada batas. Pada tingkat kesadaran ini kita agak bingung, yang mana sebenarnya wujud ini sebenarnya. Karena setelah ditelusuri secara rinci, bahwa badan yang tadinya disadari sebagai sosok laki-laki atau wanita yang punya rupa cantik dan gagah. Pelan-pelan terhapus oleh kesadaran yang lebih luas, yaitu kesadaran jagat raya atau disebut kesadaran makrokosmos. Bahwa wujud badan ini tidak lagi sesempit dulu, aku tidak lagi sebatas kepala, tangan, dan kaki saja. Akan tetapi badanku adalah angin yang bergerak, atom-atom yang bertebaran serta bergantian saling tukar dengan benda-benda yang lain, badanku adalah butiran-butiran zarrah yang saling mengikat dengan tumbuhan, binatang, bumi serta dengan angkasa yang maha luas. Badanku adalah jagad raya. Dimana kesadaran sudah berubah luas dan menjadi satu kesatuan dengan lingkugan kita. Kesadaran ini akan memudahkan mengidentifikasikan siapa diri sebenarnya. Setelah tahu esensi badan ini. Yaitu kesadaran hakiki yang menggerakkan dan mengatur alam semesta. Dikatakan dalam Al Qur'an:
"Dan Dia menundukkan malam dan
siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah
-(atau tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mempergunakan
akal". (QS An Nahl 12).
Menurut
Al Ghazaly, hakikat manusia terdiri dari jiwa, ruh, hati dan akal.
Jiwa.
Jiwa pada hakikatnya terdiri dari dua bagian, yaitu hati dan
jiwa/ruh. Jiwa adalah sebuah hati yang untuk mengetahuinya harus
menggunakan mata batin. Hakikat hati itu ialah merupakan dunia
ghaib. Atau lebih dalamnya lagi, melalui pendekatan definisi jiwa manusia
ialah: sebuah kesempurnaan yang terbentuk tanpa media penyempurna
lainnya. Ia terbentuk dengan sendirinya dan memiliki elemen lainya untuk
membantu kesempurnaannya itu. Jiwa bukan tubuh, bukan bagian dari
tubuh dan bukan apa-apa melainkan ia sebuah substansial belaka.
Jiwa
manusia mempunyai dua kekuatan; kekuatan kerja ('amilah) dan
kekuatan untuk mengetahui ('alimah). Kekuatan kerja merupakan
sebuah pusat penggerak badan manusia yang akan disuplai
nantinya ke beberapa partikel aktif, yang memotorinya dengan
tanda-tanda khusus. Sehingga dengan mengetahui kekuatan kerja jiwa yang bisa
dirasakan (nafsh 'aqilah) dapat megetahui beberapa kesalahan panca indra
dalam beroprasi, dan dapat dibenarkan lagi kerjanya oleh jiwa, atau
mengetahui sifat-sifat
perilaku baik dan buruk.
perilaku baik dan buruk.
Sedangkan
kekuatan kedua yaitu kekuatan mengetahui. Yang dimaksud kekutan mengetahui itu
adalah hati. Berarti jiwa mempunyai dua fungsi: fungsi mengetahui alam dunia,
yaitu dengan kekuatan kerja, dan fungsi mengetahui alam akhirat dengan kekuatan
'alimah (hati). Adapun keadaan jiwa dalam kehidupan dunia, ketika berhubungan
dengan wajib adanya Allah mempunyai tiga keadaan. Pertama, orang mengetahui
keberadaan Allah itu adalah wajib adanya bagi Allah. Dan ia mengetahui apa yang
dimiliki Allah dari kesempurnaan, keagungan, kekuasaan, kemampuan dan sifat
kebaikan yang dimilikinya. Kedua, orang yang mengetahui wajib
keberadaannya Allah dengan menerima sesuai pengetahuan yang dimilikinya dan
dengan mengharuskan ia memikirkan tentang keagungan-Nya dan kebaikan-Nya.
Memegang kepercayaan tersebut berlangsung sampai ia menemui ajalnya...Ketiga,
orang yang tidak mengetahui sama sekali terhadap adanya kewajiban keberadaan
Allah.
Ruh.
Mengatahui ruh sangatlah tidak mudah bagi kita. Agama
sendiri tidak
menjelaskan bagaimana mengetahuinya. Agama sendiri tidak membutuhkan untuk mengetahui ruh. Karena Agama itu adalah mujahadah.
menjelaskan bagaimana mengetahuinya. Agama sendiri tidak membutuhkan untuk mengetahui ruh. Karena Agama itu adalah mujahadah.
Ruh
yang kita miliki menurut Al Ghazaly adanya ditubuh tidak didalam, tidak diluar,
tidak terpisah dan tidak menyatu. Melainkan secara integral ruh masuk,
menempati, berhubungan dengan tubuh dan beradanya secara khusus. Walaupun
keadaan ruh yang sedimikian rupa adanya, Al-Ghazaly pada akhirnya bisa
menangkap, ruh apa yang sebenarnya harus diketahui oleh kita. Tegasnya, apa
fungsi daripada ruh itu sendiri bagi kita?
Al-Ghazali
berpendapat, ruh berjumlah lima, diantaranya ruh hissi
(sensual mentality), menerima apa yang dinginkan oleh panca indera. Ruh ini dinamakan ruh hewan.yang membentuk hewan menjadi hewan. Ruh tersebut biasanya dimiliki oleh anak-anak. Kedua, ruh khayali (imaginary mentality) yaitu menulis apa yang ditangkap oleh panca indera yang kemudian dijaga dan disimpan secara rapih, untuk selanjutnya dikirim ke ruh 'aqli ketika dibutuhkan. Ketiga ruh 'aqli (rasional mentality) yaitu yang mengetahui makna luar daripada sensualitas dan imajinatif. Ini adalah substansi manusia khusus. Keempat, ruh fikri (thought mentality) yaitu yang mengambil ilmu pengetahuan logika belaka, yang mengahasilkan beberapa karya yang cukup berharga. Kelima, ruh qudsi (nabawi), khusus dimiliki oleh para nabi dan sebagian wali. Dari ruh qudsi akan kelihatan alam ghaib dan akhirat, serta beberapa pengetahuan mengenai dunia langit dan dunia bumi.Bahkan pengetahuan ketuhanan tentang yang tidak bisa dijangkau oleh ruh aqli dan ruh fikri.
(sensual mentality), menerima apa yang dinginkan oleh panca indera. Ruh ini dinamakan ruh hewan.yang membentuk hewan menjadi hewan. Ruh tersebut biasanya dimiliki oleh anak-anak. Kedua, ruh khayali (imaginary mentality) yaitu menulis apa yang ditangkap oleh panca indera yang kemudian dijaga dan disimpan secara rapih, untuk selanjutnya dikirim ke ruh 'aqli ketika dibutuhkan. Ketiga ruh 'aqli (rasional mentality) yaitu yang mengetahui makna luar daripada sensualitas dan imajinatif. Ini adalah substansi manusia khusus. Keempat, ruh fikri (thought mentality) yaitu yang mengambil ilmu pengetahuan logika belaka, yang mengahasilkan beberapa karya yang cukup berharga. Kelima, ruh qudsi (nabawi), khusus dimiliki oleh para nabi dan sebagian wali. Dari ruh qudsi akan kelihatan alam ghaib dan akhirat, serta beberapa pengetahuan mengenai dunia langit dan dunia bumi.Bahkan pengetahuan ketuhanan tentang yang tidak bisa dijangkau oleh ruh aqli dan ruh fikri.
Hati
. Yang dimaksud hati disini bukan hati
yang berbentuk gumpalan daging lembut yang terletak disebelah bagian dada.
Melainkan hati yang
merupakan kumpulan nilai-nilai spiritual yang dipenuhi oleh kekuatan
rahman dan rahim. Dalam kenyataannya hati mempunyuai dua sifat. Sifat untuk selalu berbuat baik dan sifat untuk selalu berbuat jelek...dari kedua sifat ini bertambah sifat lainnya. Yang jumlah keseluruhannya sebanyak empat macam. Pertama sifat syaitan, kedua sifat hewan, ketiga sifat buas, keempat sifat malaikat. Perbuatan jelek biasanya dilakukan dalam bentuk makan, minum, tidur dan nikah. Sifat ini dikategorikan sebagai sifat hewan. Begitu juga perbuatan yang muncul dari kejiwaan seperti perbuatan makan, ini termasuk katagori perlakuan syaitan. Sedangakn perlakuan marah yang sampai menimbulkan pemukulan, pembunuhan, permusuhan, adalah
bagian dari perbuatan buas. Adapun perbuatan yang berdasarkan "akal" yang merupakan rahmat dan kebaikan dari Tuhan yaitu bagian dari perbuatan malaikat.
merupakan kumpulan nilai-nilai spiritual yang dipenuhi oleh kekuatan
rahman dan rahim. Dalam kenyataannya hati mempunyuai dua sifat. Sifat untuk selalu berbuat baik dan sifat untuk selalu berbuat jelek...dari kedua sifat ini bertambah sifat lainnya. Yang jumlah keseluruhannya sebanyak empat macam. Pertama sifat syaitan, kedua sifat hewan, ketiga sifat buas, keempat sifat malaikat. Perbuatan jelek biasanya dilakukan dalam bentuk makan, minum, tidur dan nikah. Sifat ini dikategorikan sebagai sifat hewan. Begitu juga perbuatan yang muncul dari kejiwaan seperti perbuatan makan, ini termasuk katagori perlakuan syaitan. Sedangakn perlakuan marah yang sampai menimbulkan pemukulan, pembunuhan, permusuhan, adalah
bagian dari perbuatan buas. Adapun perbuatan yang berdasarkan "akal" yang merupakan rahmat dan kebaikan dari Tuhan yaitu bagian dari perbuatan malaikat.
Perbuatan
malaikat ini yang harus dikembangkan dalam kehidupan. Karena malaikat ini
makhluk yang suci, maka kita mesti menjaga kesucian hati dengan nilai-nilai
ilahiyah agar hati selalu dalam keadaan suci penuh dengan muatan thayyibah. Dan
perlu diketahui juga, bahwa hati mempunyai dua pintu untuk mendapat ilmu
pengetahuan. Pertama pintu untuk dunia ahlam dan kedua pintu untuk dunia
yaqdlahr... Kalau seandainya orang tidur, pintu panca indera akan tertutup dan
akan terbuka pintu bathin. Serta selanjutnya akan terungkap alam ghaib.
Seperti, dunia malaikat, lauh mahfudz itu semua kelihatnya seperti cahaya.
Akal.
Akal yang dianugerahkan Allah pada kita berfungsi sebagai
penimbang keputusan yang akan kita ambil, dengan mengkonfirmasikan dahulu
terhadap panca indera lainnya. Atau dengan bahasa lain, akal ialah sebuah
fitrah ghoriziah dan nur ashly, yang apabila dengannya manusia mampu mengetahui
hakikat sesuatu. Dalam kehidupan kita selalu berhadapan dengan permasalahan
yang menuntut kekutan manusia dapat dimaksimalisir
fungsinya.
fungsinya.
Kekuatan
manusia itu, tidak kurang dari dua kekuatan. Kekuatan
praktikal (amaliiyah), yaitu kekutan yang bisa diukur dengan kemampuan tubuh dan fungsinya. Dan kekuatan teoritikal (nadzariyah) yaitu kekuatan yang diukur dengan pengefektifan kekuatan tersebut yang akan diterima oleh kekuata praktikal. Maka seolah-olah jiwa itu mempunyai dua muka, muka untuk tubuh... dan muka untuk konsep-konsep tinggi yaitu akal. Wal hasil, kekuatan teoritikal berfungsi sebagai penyempurna substansi jiwa.
praktikal (amaliiyah), yaitu kekutan yang bisa diukur dengan kemampuan tubuh dan fungsinya. Dan kekuatan teoritikal (nadzariyah) yaitu kekuatan yang diukur dengan pengefektifan kekuatan tersebut yang akan diterima oleh kekuata praktikal. Maka seolah-olah jiwa itu mempunyai dua muka, muka untuk tubuh... dan muka untuk konsep-konsep tinggi yaitu akal. Wal hasil, kekuatan teoritikal berfungsi sebagai penyempurna substansi jiwa.
Adapun
kekuatan praktikal untuk mensiasati tubuh dan mengaturnya dengan menuju
penyempurnaan teori. Dari kekuatan tersebut, kita bisa mengetahui bagaimana
para sufi umumnya dan Al Ghazaly khususnya menggunakan akal. Ada dua jalan yang
harus ditempuh sufi dalam menggunakan akal. Pertama, akal harus memenuhi
tiga syarat dalam mendapatkan pengetahuan sufi. Diantaranya mendapatkan
seluruh ilmu dengan mengembil manfaatnya dari seluruh ilmu tersebut. Kedua ,
melakukan riyadlah yang benar...ketiga, berfikir. Karena apabila jiwa telah
belajar dan menerima apa yang didapatinya dari ilmu kemudian ia memikirkaknnya
dengan menggunakan syarat-syarat berfikir , maka akan terbuka pintu alam ghaib
baginya.
Kedua,
setelah tiga syarat terpenuhi, akal akan memasuki fungsinya yang utama yaitu
mengevaluasi pengalaman-pengalaman sufi dalam manjalani tasawufnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar